Panjat pinang menjadi salah satu permainan tradisional yang populer terutama pada saat perayaan kemerdekaan Indonesia. Lomba panjat pinang ini bukan hanya soal tenaga dan hadiah yang ada dipuncak, tetapi ia juga memiliki makna perjuangan dan kerja sama. Bagaimana tidak, tinggi tiang panjat pinang berkisar antara 8-10 meter dan dilumuri sabun, minyak pelumas, atau oli. Oleh karena itu, membutuhkan kerja sama tim yang baik untuk dapat mengambil hadiah yang ada di puncak.
Lomba ini memerlukan tenaga ekstra,
sehingga para peserta lomba ini biasanya laki-laki. Uniknya, saat saya temui di
daerah Situjuah Ladang Laweh, Kabupaten Lima Puluh Kota, peserta panjat pinang
adalah kaum ibu-ibu. Dimulai
sekitar pukul 14.00 WIB, terdapat 2 batang pohon pinang yang telah berdiri
kokoh dengan berbagai macam hadiah di puncaknya, seperti bantal, baju, setrika,
uang berisi amplop, kipas angin, dan berbagai macam hadiah lainnya.
Selama kurang lebih
satu jam, belum ada satu tim pun yang berhasil sampai ke puncak. “Payah, licin
bana untuak sampai ka ateh (susah, licin sekali untuk bisa sampai ke atas)”
ujar salah seorang peserta lomba panjat pinang di lokasi.
Setelah berulang-ulang
kali mencoba dengan berbagai strategi, akhirnya tim ibu Wati berhasil meraih
puncak dan mengambil hadiah yang ada di batang pohon pinang itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar